Suatu hari saya pergi ke suatu tempat dan bertemu dengan
temen SMA. Yang membuat dia noticed
adalah; dalam waktu kurun 2 hari kami bertemu, tidak sengaja dalam keadaan saya
pergi seorang diri. Trus dia nanya dong dengan siapa saya pergi, ya saya jawab
kalo saya pergi sendiri karena emang butuh ke tempat itu sendiri kan. Dengan ekspresi
kaget dan prihatin (lebay) dia nggak nyangka saya mau pergi sendiri sedangkan
dia tahu saya nggak bisa naik motor. So why? Harus minta anter-anter gitu? Haha
lucu aja kalo misal emang masih bisa ngelakuin sendiri kenapa harus minta
tolong anter-anter? Hehe. Karena saya udah biasa menghadapi situasi seperti
ini, saya cuma tertawa dan saya jawab seadanya. Lha trus kenapa kalo saya pergi sendiri dan
naik angkutan umum? Hahahaha. Perlu diketahui saja ya, saya melakukan ini dari
saya kelas 1 SD kalo nggak salah. Waktu itu nenek saya sakit keras dan ibu
harus bolak-balik rumah-rumah nenek sehingga saya biasanya ikut pulang ke rumah
nenek by angkot yang lewat daerah rumah trus telpon di wartel minta tolong
jemput. Jujur waktu kecil sempet merasa sedih kenapa ibu saya saya kok tega
ngebiarin saya ngangkot dan jalan sendiri waktu itu? Tapi ibu saya nggak
peduli, pokoknya saya harus berani. Ya saya
nikmatin aja, dengan pulang sekolah sendiri saya bisa jajan dan
mampir-mampir hmmmmm. Tetapi saya harus makasih deh sekarang karena ibu udah
encourage saya naik angkutan umum dari kecil.
Karena di rumah nggak ada yang bisa naik sepeda motor
dengan benar :P, sampai dewasa saya beneran naik angkutan terus kemana-mana. Pernah
belajar naik motor waktu SMP, waktu kuliah kecelakaan motor dan semakin nggak dibolehin, makin males
deh buat belajar lagi.
Kalo untuk saya pribadi lebih nyaman pergi jauh atau
kemana-mana naik transportasi umum. Soalnya ngerasa lebih nyaman, bisa baca
buku, dan bisa sambil tidur kalo memungkinkan. Memang bener sih ya,
transportasi di Indonesia belum memadai dan teratur. Disitulah masalahnya
kenapa banyak orang masih malas memakai trasportasi umum. Nggak cuma sarana
transportasinya aja, tapi juga prasarana, kebijakan pemerintah, dan daya dukung
masyarakat belum terbentuk bagus.
Berikut daftar alasan kenapa banyak orang biasanya malas
naik transportasi umum:
1. Sarana transportasi umum yang kurang memadai
Masalah ini dimulai dari
banyaknya angkutan publik rongsokan yang masih bebas berkeliaran di jalan,
nggak Cuma nggak aman tetapi juga nggak aman. Belum lagi jam kedatangannya yang
tidak jelas, sering ngetem dan menaikkan-menurunkan penumpang sembarangan. Nggak
heran kalo banyak orang lebih memilih naik kendaraan pribadi ketimbang setiap
hari kudu berjuang hanya untuk transportasi. Masalah ini sungguh nyata.
2. Sarana transportasi umum yang belum terintegrasi sampai ke pelosok
Banyak daerah-daerah di
Indonesia yang transportasi massalnya nggak menjangkau pelosok, sehingga
seringkali masyarakat hidup terisolir karena masalah ini. Akhirnya pilihan
jatuh pada kepemilikan sepeda motor. Atau mungkin kita yang tinggal di desa, sadly emang nggak ada pilihan buat pergi
jauh tanpa sepeda motor.
3. Pra sarana transportasi yang kurang memadai
Nah ini penting banget! tapi
juga kayaknya masih PR banget buat pemerintah. Mobil pribadi dan motor semakin
banyak tetapi pembangunan jalan raya lambat banget dan asal-asalan. Kita sering
denger ya, jalan rusak berlobang, jembatan ambruk, proyek jalan tol yang lama
banget nggak selesai. Lalu masalah trotoar, banyak orang malas naik bus/angkot
karena kalo musti jalan kaki itu jarang banget ada trotoar yang tersedia. Bahaya
banget kan ya jalan kaki di sisi jalan tanpa trotoar.
4. Kemananan
Paling kesel kalo naik transportasi
umum entah itu di bus, kereta atau angkot, dan barengan sama lawan jenis. Oke kalo nggak berdesakan sih nggak ada masalah. Tapi kalo berdesakan? Banyak
banget berita tentang wanita yang dilecehkan di dalam angkutan umum. Sedih banget
dengernya, lebih sedih lagi karena masih kurang aturan yang tegas soal hal ini.
Terus keamanan barang bawaan kita, copet, penodong, dan lain-lain. Lalu satu
lagi yang saya paling concern di dalam angkutan umum yaitu belum sigapnya
aturan yang memihak penyandang disabilitas, ibu hamil dan orang lanjut usia. Dari
bentuk fisik bus/ transportasi itu
sendiri yang nggak aman untuk mereka yang saya sebutkan tadi, SOP untuk bapak
sopir dan petugas bus, dan aturan apa yang diperbolehkan dan tidak di dalam bus/angkutan
umum lainnya.
5. Peraturan pemerintah yang belum mendukung
Seandainya peraturan mengenai
transportasi publik ini memadai, saya yakin kemacetan berkurang, angka kecelakaan
berkurang dan Insya Allah ideal lah transportasi publik di Indonesia. Sayangnya
masih kurang tuh. Jalanan raya di Indonesia khususnya Jawa masih amburadul,
bahkan di tol yang harusnya bebas macet bisa jadi macet total (ingat Brexit pas lebaran?).
Chaos sih karena berbagai jenis kendaraan turun ke jalan raya yang nggak lebar
banget. Saya paling takut bonceng naik motor sebelahan dengan truk tronton, truk
besar-besar, yang kadang jalannya lambat atau malah ngebut banget. Atau peraturan
kecepatan bus, peraturan pengelolaan fasilitas publik yang lebih membumi. Entahlah
saya sering bertanya-tanya kenapa nggak ada aturan yang nyaman untuk berada di
jalan raya? Padahal kan manusia butuh mobilitas?
Lalu soal peraturan khusus untuk penyandang disabilitas. Dalam peraturan
pemerintah yang saya kepoin di internet, memang ada peraturan transportasi
umum untuk penyandang disabilitas. Namun menurut saya pada prakteknya peraturan
tersebut sulit diakomodasi karena sanksinya juga tidak tegas dan jelas. Ada kejadian maskapai penerbangan yang pernah memberikan surat berisi ketidakbersediaan
maskpai bertanggungjawab sepenuhnya apabila penyandang disabilitas tersebut
menjadi penumpangnya. Sungguh diskriminatif. Belum lagi aturan jelas sarana pra
sarana yang nggak mendukung penyandang disabilitas untuk hidup mandiri. Misal aturan-aturan
yang ditulis dengan braile, trotoar dengan garis untuk penyandang disabilitas,
dan lain-lain. Pernah dong saya dan seorang teman menelusuri garis trotoar
untuk penyandang disabilitas yang ujungnya tenryata adalah pohon. Huhu kan jadi
nabrak to ya!
6. Daya dukung dan kemauan masyarakat yang masih kurang.
Semua hal yang nggak nyaman
yang saya sebutkan sebelumnya membuat masyarakat enggan bepergian dengan
transportasi umum. Namun menurut saya faktor ini justru yang paling penting. Bahkan
pemerintah bikin peraturan yang suggest
masyarakat untuk mendukung pemerintah dengan diperbolehkannya mengajukan saran
ke instansi. Dukungan juga bisa dalam bentuk budaya untuk mengingatkan dan
mengkritisi sopir bus atau pilot atau siapapun itulah yang membawa kita jadi
penumpang. Saya sering banget pura-pura motret bapak-bapak yang nyetir sambil
telpon, karena saya takut kalo ngingetin secara verbal trus dimaki-maki karena
dia kan nggak boleh diajak ngomong soalnya lagi nyetir? Atau kemarin peristiwa
pilot mabuk yang akhirnya penerbangan dibatalkan dan dirut maskapai
mengundurkan diri karena merasa malu. Nah budaya malu inilah yang jarang
ditunjukkan di lini moda transportasi lain. I think... saya apresiasi sikap
dirut maskapai yang menunjukan rasa bertanggungjawabnya terhadap keamanan transportasi
udara. Semoga sikap ini dicontoh sama perusahaan lain ya. Sikap bertanggungjawab!
1. MENGURANGI KEMACETAN
2. Meningkatkan daya juang menjalani kehidupan keras :P
3. Melatih kepekaan terhadap apa yang terjadi di sekitar kita
4. Hemat bahan bakar karena menggunakan moda transportasi umum yang bahan
bakar ditanggung massal (CINTA BUMI)
5. Hemat uang saku (wkwk)
6. Bisa multitasking (tidur, baca, ngelamun juga bisa)
7. Dengan memberdayakan transportasi umum, kita juga berkontribusi
kepada negara tercinta ini. Kalo kita memaksimalkan transportasi publik, maka akan mendorong kemajuan inovasi kebutuhan transportasi dan maju deh negara kita. Aamiin
Jadi, mari sesekali naik transportasi umum atau jalan kaki aja kalo deket. Apapun yang keliatannya kecil, tetapi kita lakuin dengan dasar memikirkan keadaan jangka panjang bisa turut mendukung keadaan sekitar kita jadi lebih sustainable.
Oke sekian tulisan kali ini, terimakasih telah membaca sampai selesai, semoga berguna ya!hihihi