Menghadap Utara, berjendela lebar, memiliki pintu yang berasal dari rumah buyut, berlantai kayu, bertiang kayu, serba kayu yang hangat, di kelilingi warna putih, hijau dan coklat, diinapi hiasan batuan tapi tetap tropis, berhalaman luas, menanam sayuran organik, berternak ayam, kelinci dan kuda, dekat lembah dan terletak di kaki gunung.
Semua orang ingin membangun rumah.
Ibu mengajarkan salam sebelum masuk, bapak berharap setiap anaknya tak berpamitan pergi cukup lama.
Kakek tak pernah lupa menanyakan oleh-oleh tembakau, dan nenek setia pada nasihatnya, "Kamu wanita".
Itu semua memberiku pelajaran. Takkan ada yang mengerti rumah, jika tak mengenal pergi dan pulang.
Jalanan panjang, liar dan tandus. Hujan yang sering meninggalkan genangan kenangan. Segala jenis kota yang memberi sekeranjang harapan. Desa-desa yang tak luput dan selalu memberi nuansa kemurnian.
Aku tersembuhkan.
Hadapi!
Jangan terus-terusan memeluk lutut, mengeluh minta diairi, dihalau durinya, dan meminta angin yang menunjukan arahnya.
Ketika tiba-tiba tornado memporak-porandakan semua, tiba-tiba kumpulan rencana harus rusak dan harapan terbuang sia-sia. Kamu harus ingat, bahwa bahkan ia datang untuk meratakan suhu panas di bumi ini, rahmat di tanah tinggal ini.
Salam,
mikrokosmos.
No comments:
Post a Comment